AUDIENSI
TAK GUNAKAN HAK PILIH
Pemiluhan Umum merupakan bentuk sistem demokrasi yang paling urgent bagi
kehidupan politik yang demokratis sebagai perguliran dan perebutan kekuasaan
yang dilakukan secara berkala untuk suati institusi tertentu. Pemilihan Umum
bukan hanya untuk kalangan elite – elite politik di pemerintahan saja, namun
untuk suatu lembaga tertentu yang berprinsip suara bersama mampu melakukannya.
Begitu pula dengan institusi yang sifatnya sejajar dengan DPR di kalangan
mahasiswa, BEM dan Himpunan Jurusan Fakultas Ekonomi UNLAM baru – baru saja
telah berganti keotoritasan.
Pemilihan Umum Mahasiswa 2012 (14-15/3) yang diselenggarakan oleh KPU, telah berhasil
menetaskan ketua BEM dan Ketua Himpunan Mahasiswa masing - masing Jurusan untuk
satu periode. Pemilihan Umum kali ini merupakan Pemilu Akbar yang
diselenggarakan secara serentak untuk meregenerasikan pergantian kekuasaan dan sirkulai
elite penguasa BEM dan Himpunan Mahasiswa baik itu dari Himpunan Mahasiswa
Akuntasi, Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Himpunan
Mahasiswa Jurusan Manajemen maupun Himpunan Mahasiswa Diploma Tiga.
Sebelumnya telah diadakan Debat Kandidat Antar Calon
Ketua pada 13 Maret yang dihadiri oleh semua kandidat dan diikuti oleh hanya
beberapa mahasiswa. Debat Kandidat ini dibagi menjadi 5 sesi, yang diawali sesi
Debat Kandidat untuk Calon Ketua BEM. Berbeda dari sesi I, di Sesi ke II untuk
Calon Ketua HMA, audiensi yang berperan aktif dalam keberlangsungan debat
terlihat lebih banyak di banding sesi BEM. Namun, hal ini tidak seperti yang
diharapkan, Mahasiswa yang berminat mengikuti jalannya debat bisa dihitung
keminimannya, itupun hanya aktifis organisatoris. Padahal debat Open Hall ini
terbuka untuk umum, baik itu mahasiswa maupun civitas akademika lainnya. Debat
ini dimaksudkan bisa menjadi referensi bagi mahasiswa yang bertindak sebagai peserta
aktif untuk memilih pemimpin yang bisa mewakili aspirasi mahasiswa. Tapi
ternyata hal ini tidak dimanfaatkan oleh mahasiswa umumnya, mereka hanya
melihat sekelibat dan kemudian berlalu.
Entah debat yang terkesan boring sehingga mereka tak berminat berpartisipasi, atau
keseganan mahasiswa untuk setidaknya menonton.
Begitu juga saat pemilihan berlangsung, mahasiswa
yang seharusnya menggunakan hak pilihnya ogah – ogahan barang sebentar untuk
mencoblos. Sangat disayangkan, tercatat kurang dari separuh jumlah mahasiswa
yang memilih. Sebagian pemilih pun mengaku tidak mengenal kandidat yang harus
dipilih.
Kurangnya sosialisasi acara dari panitia juga
merupakan hal yang fatal bagi keterkaitan audiensi maupun peserta di
keberlangsungan acara. Seharusnya panitia bisa mempublikasikan ke kelas – kelas
mengenai acara Pemilihan Umum Mahasiswa ini. Setidaknya sekedar memberitahukan
waktu dan cara penyelenggaraan Pemilu, sehingga mahasiswa bisa merasa punya
kewajiban untuk berperan aktif. Pemilu tahun ini terkesan no feel, tidak ada
kampanye terbuka ataupun sms dukungan dari pihak kandidat. Namun, dibalik itu
semua diharapkan pemimpin yang terpilih mampu membawa perubahan yang lebih baik
untuk Fakultas Ekonomi, serta mampu membawa angin politik yang berkualitas
untuk membangkitkan dan mengorganisasikan minat dan partisipasi mahasiswa dalam
penyelenggaran pemerintahan di tingkat Fakultas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar