Sabtu, 16 Oktober 2010

RESENSI KAMBING JANTAN


1. Identitas Buku :
Judul Buku: Kambing jantan pelajar bodoh
Penulis: Raditya Dika
Penerbit: Gagas Media
Kota: Jakarta selatan
Tanggal terbit: Cetakan pertama 2005, Cetakan kedua puluh delapan 2010
Jumlah halaman: 237
Desain cofer: soft cover
Kategori: Remaja Umum
Text Bahasa: Indonesia

2. Pengantar
a. Latar belakang penulis
Raditya Dika, lahir di Jakarta, 28 Desember 1984, dikenal sebagai penulis buku jenaka yang sukses membuat pembacanya tertawa melalui kisah hidupnya sehari-hari. Tulisan-tulisan itu berasal dari blog pribadinya yang kemudian dibukukan.

b.Perbandingan karya-karya penulis
Buku pertamanya berjudul Kambing Jantan masuk kategori best seller. Kambing Jantan adalah kumpulan cerita sehari-hari yang konyol dan unik dari kehidupan seorang Radith ini. Buku ini ditampilkan dalam format diary (buku harian). Seluruh cerita dalam karyanya tersebut berasal dari blog pribadi terdahulu milik Radith, www.kambingjantan.com, yang sekarang menjadi www.radityadika.com. Semua kisah lucu di dalamnya merupakan kisah nyata dari tahun 2002-2004.

c. Tema yang disampaikan
Radit sukses menjadi penulis karena ia keluar dari arus utama (mainstream). Ia tampil dengan genre baru yang segar karena memang belum banyak yang masuk ke dunia tulisan komedi. Apalagi bergaya diari pribadi(personalessay).

Buku ini “ Kambing Jantan- sebuah Ctatan harian pelajar bodoh “ secara tidak langsung membuat ketertarikan ingin membacanya. Yang paling mempengruhi itu adalah judulnya yang berbeda dari penulis lain, ide nama binatang. Banyak orang yang salah memprediksikan isi buku ini, karena mereka melihat dari judulnya, padahal isinya sangat berbeda dengan yang mereka prediksikan. Kambing Jantan ini di ambil sebagai judul karena Radith biasnya di panggil dengan sebutan kambing dan Jantan karena dia seorang laki-laki.
Menurut saya, tulisan-tulisan Bang Dika ini tidak mempunyai tema khusus karena semua tulisan merupakan kejadian sehari-harinya yang ajaib.Yang patut di bagikan kepada banyak orang.

d. Sinopsis cerita
Buku ini kebanyakan menceritakan saat Radith yang bersekolah di Adaleide sebuah kota di Australia. Cerita kehidupannya yang sering di postingkan keblognya ini terihat menarik karena Radith mengulasnya dengan gaya komedi yang natural. Kejadian-kejadian yang dialaminya pun seringkali kejadian yang tidak biasa.

Membaca buku berjudul "Kambing Jantan" adalah merupakan pengalaman baru membaca blog dari media online dalam media cetak. Label "best indonesia blog" merupakan alasan bagi sang penerbit untuk mengedarkan buku ini. Apalagi sang penulis, radith/dika atau malah yang disapa kambing, mampu membuat saya terkekeh atau tertawa konyol ketika mengikuti kehidupan pribadinya. Ada kegilaan yang terselip di antara aktifitas harian sang tokoh. Bahkan sang penulis malah menyebut lebih kasar lagi. "Catatan harian pelajar bodoh" sengaja ditampilkan sebagai sub title buku ini.
Radith - atau generasi internet lainnya - lahir dan besar di alam globalisasi dan era teknologi komunikasi. Lintas budaya menjadi hal keseharian yang kerap dijumpai sang tokoh... apalagi ia kuliah di ostrali - begitu ia menuliskan Australia. Namun bukan pengalaman hidup di luar negeri yang menjadikan buku ini menarik... tetapi tentang culture gap. Kesenjangan budaya ketika penulis berinteraksi dengan orang-orang bule di kota kecil bernama Adelaide.
Misalnya ketika Dika harus menanggung rasa kesal karena ada seorang (bukan dari indonesia) yang menyatakan bahwa orang Indonesia mengunakan tangan kiri untuk membersihkan di saluran belakang manusia... hehehehe... Juga saat sang dosen salah memanggil nama Dika dengan sapaan Nike atau salah seorang teman dengan beragam sapaan yang berbeda-beda. Sama seperti kita mendengar suara letusan sebagai "dor", dan orang bule dengan "bang". Kekonyolan lain ketika radith dan kawan-kawan harus menemui sekawanan orang ostrali mabuk di jalan pada malam hari.
Buku ini juga menggambarkan bagaimana kambing harus mengalami ketergantungan teknologi atau beragam aktivitas "bodohnya" serta sifat pelupa, jorok, dan liar, baik di jakarta maupun adelaide. Begitu pula dengan kehidupan keluarga yang juga sedikit aneh. Sayangnya kehidupan asmaranya, dengan seorang gadis bernama "Kebo" tak mendapat porsi banyak. Atmosfer global juga sangat kental dalam buku ini. Misalnya pengunaan bahasa gado-gado indonesia-english atau kata-kata macam "wadefak".

Buku ini terdiri dari 63 cerita. Cerita yang paing lucu menurut saya adalah saat Raditya Dika yang mengalami infeksi diwajahnya setelah pulang dari salon. Alhasil wajah Dika penuh dengan jerawat. Ibunya pun panik dan merawat dika dengan sabarnya setiap hari. Setiap malam muka dika diolesi dengan lotion dan toner dan jerawat dika pun berangsur hilang. Ternyata Ibunya dika bilang, rahasia kenapa wajahnya hilang dari jerawat bukan karena lotion yang dioleskan kemukanya melainkan karena kain yang di pakai untuk mengusap muka dika itu adalah kolor ayahnya.

3. Kekurangan/kelebihan
Gaya Bahasa yang di angkat dari cerita-cerita Dika ini sebenarnya bisa dibilang santai, bahasa yang di gunakan adalah bahasa yang sering dipakai dalam kehidupan sehari hari, tidak terlalu baku dan formal namun juga bias dibbilang rancu atau campur aduk, campuran antara Bahasa Indonesia, Bahasa Inggiris dan Bahasa Gaul. Kata-kata yang biasanya di pakai dalam penulisan tidak seperti penulisan yang sebenarnya. Seperti “Gud” yang seharusnya “Good”.Juga ada penyingkatan bahasa yang asal “PKGIOSLBDDPCCYH” yang diambil dari “Partai kambing Ganteng Itu Ok Sekali Lho Bo Dung Dung Pret Cuih Cuih Yiii Ha”. Tapi itulah yang membuat buku kumpulan cerpen ini mempunyai nilai plus, Bahasa yang santai, tidak berat dan ringan membuat pembacanya tidak bosan dan ingin lebih membaca lagi cerita-cerita berikutnya.
Setelah membaca buku ini mungkin pesan moral yang pertama kali di dapat dari seorang Radith adalah menjalani hidup dengan santai, masalah yang berat tidak usah terlalu dipikirkan dan diambil pusing, semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Selain itu pesan social dai buku ini adalah sikap Dika yang bangga akan Indonesia juga diperlihatkannya dalam tulisan “Kami, Pelajar Indonesia Memakan Korban Bule” di dalam tulisan ini Dika dan kawan-kawan berusaha mempopulerkan Bahasa Indonesi keseluruh pelosok penjuru sekolahnya di Adeleide. Dan hasilnya pun menakjubkan, banayk teman Dika yang bertekat mahir berbahasa Indonesia.

4. Penutup
Membaca buku ini dijamain akan beneran mengocok perut anda, lucunya mengalir begitu saja walaupun tidak ada inti cerita di dalamnya. Simpel, nakal, dan inspiratif. Mungkin itulah beberapa kata yang bisa menggambarkan buku ini, Kambing Jantan. Pengalaman dan kisah-kisahnya yang konyol yang ditambah juga dengan pengalamannya sekolah di Adelaide, membuat buku ini semakin berwarna. Bahasanya nyaman dan anak muda banget. Gak akan bosen baca berulang-ulang, cocoklah buat ngisi waktu.
Benar-benar catatan pelajar "bodoh". Dika mempersembahakan banyak cerita yang sangat natural dan mengalir. Sangat ringan dibaca tapi tetap memiliki sesuatu yang dapat diambil sebagai teladan. Dika memberikan gambaran kehidupan yang tidak dibuat-buat mulai dari keluarga, pacar, dan dunia pendidikan. Membaca buku ini sangat mengasikkan dan bisa membuat pembaca awet muda. Jadi, rugi banget bagi yang belum pernah membaca kumpulan cerita pendek Raditya Dika ini. Dijamin bisa membuat anda berguling-guling tertawa karena kegilaan ceritanya.